Konflik Dalam Perusahaan dan Cara Mengatasinya

Bertemu lagi dengan blog saya, kali ini saya akan membahas beberapa konflik yang terjadi dalam perusahaan dan cara mengatasinya.


Konflik Dalam Perusahaan dan Cara Mengatasinya






       Perusahaan manapun pasti pernah mengalami konflik internal.  Mulai dari tingkat individu, kelompok, sampai unit. .Mulai dari derajat dan lingkup konflik yang kecil sampai yang besar. Yang relatif kecil seperti masalah adu mulut tentang pribadi antarkaryawan, sampai yang relatif besar seperti beda pandangan tentang strategi bisnis di kalangan manajemen.  Contoh lainnya dari konflik yang relatif besar yakni antara karyawan dan manajemen.  Secara kasat mata kita bisa ikuti berita sehari-hari di berbagai media. Disitu tampak konflik dalam bentuk demonstrasi dan pemogokan.  Apakah hal itu karena tuntutan besarnya kompensasi, kesejahteraan, keadilan promosi karir, ataukah karena tuntutan hak asasi manusia karyawan.
         Konflik itu sendiri merupakan proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif atau akan segera mempengaruhi secara negatif. Faktor-faktor kondisi konflik sebagai berikut:
·        Harus dirasakan oleh pihak terkait
·        Merupakan masalah persepsi
·        Ada oposisi atau ketidakcocokan tujuan, perbedaan dalam penafsiran fakta, ketidaksepakatan             pada pengharapan perilaku
·        Interaksi negatif-bersilangan
·        Ada peringkat konflik dari kekerasan sampai lunak.
        
        Menurut Baden Eunson, terdapat beragam jenis konflik:
·        Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki,seperti antara manajemen puncak dan manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi sumberdaya secara optimum, mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja organisasi, manajemen kompensasi dan karir.
·        Konflik Horizontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat yg berbeda di dalam perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang perumusan tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan pemasaran.
·        Konflik di antara staf, yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi pembelian mengganggap akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar dibanding sedikit-sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. 
·        Konflik peran  berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang. Konflik bisa terjadi antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan, pihak karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem koordinasi yang tidak jelas.

         Berikut ini adalah beberapa konflik yang terjadi di dalam perusahaan:


     1.   Perbedaan kepribadian

        
        Konflik di tempat kerja yang pertama yakni adanya perbedaan kepribadian antara karyawan satu dengan karyawan lainnya. Terlebih di Indonesia yang mempunyai beragam suku bangsa, perbedaan karakter, latar belakang dan tempat seseorang di besarkan bisa menjadi pemicu adanya konflik.
        Sebagai contoh, gaya bicara atau logat bicara seseorang yang berbeda dengan lingkungan tempat anda di besarkan. Apabila orang tersebut tidak bisa di terima dengan baik, maka hal tersebut bisa menyinggung perasaan anda.
        Dalam prakteknya, misalnya nada yang bicara orang tersebut terlalu keras atau bahkan cenderung seperti orang yang sedang marah. Padahal, di beberapa tempat terutama Sumatera, hal tersebut menjadi sesuatu yang biasa.

      2.    Komunikasi yang buruk



           Konflik di tempat kerja yang selanjutnya yakni adanya komunikasi yang terjadi dengan tiap karyawan yang buruk. Seperti diketahui bahwa hubungan antara diri sendiri dan orang lain tidak bisa di pisahkan dengan yang namanya komunikasi. Apabila komunikasi yang terjadi tidak maksimal atau bahkan cenderung buruk, maka bisa menjadi penyebab terjadinya kesalahpahaman yang berujung pada konflik di tempat kerja.
          Sebagai contoh, seorang atasan harus menginstruksikan pekerjaan yang akan di berikan kepada karyawan di dalam timnya. Akan tetapi, orang yang akan di beri instruksi tersebut sedang berhalangan hadir. Karena atasan tersebut sangatlah sibuk akhirnya memutuskan untuk memberitahukan detail pekerjaan pada rekan yang lain.
          Meski terlihat sepele, dengan gaya komunikasi yang seperti ini dapat di katakan komunikasi yang buruk. Mengapa? Hal ini dikarenakan karyawan yang seharusnya mengerjakan pekerjaan tersebut tidak mendapatkan instruksi langsung, mungkin saja terdapat detail yang terlupakan yang bisa memicu konflik.

      3.     Kompetisi
          Kompetisi dalam tempat kerja sebenarnya di perlukan untuk menciptakan tempat kerja yang kondusif dan membuat karyawan mempunyai semangat tinggi serta tingkat produktivitas kerja yang baik. Namun, jika hal ini di lakukan secara tidak sehat, maka kompetisi tersebut bisa memicu konflik di tempat kerja oleh karyawannya.
         Di beberapa perusahaan mungkin bisa di jumpai bahwa kinerjanya terlalu menekan karyawan untuk bisa saling berkompetisi secara ketat. Belum lagi jika produktivitas karyawan selalu di kaitkan dengan kenaikan gaji.
         Jika berbicara mengenai gaji, kebanyakan orang tentu akan melakukan berbagai cara agar bisa memenangkan kompetisi, termasuk dengan cara yang kurang sehat. Bahkan lebih parahnya lagi, para karyawan menjadi sangat individualisme dan tidak bisa bekerja dalam sebuah tim kerja.

      4.     Perbedaan Nilai dan Prinsip
          Salah satu Negara seperti Jerman berhasil meminimalisir adanya konflik di tempat kerja yang dikarenakan perbedaan nilai dan prinsip. Kuncinya, setiap karyawan tidak mengusik nilai dan prinsip yang di pegang orang lain, apalagi berusaha untuk memaksakan prinsip yang di pengangnnya pada rekan kerjanya.
          Lain halnya di Indonesia yang masyarakatnya sangat beragam di lihat dari suku, agama, ras dan usianya. Perbedaan prinsip dan nilai yang di pegang oleh seseorang bisa menjadi masalah bagi orang tertentu.
          Di lihat dai sisi usia, pekerja yang lebih muda mungkin belum sematang pekerja yang pengalamannya sudah banyak dalam memahami niai-nilai pada perusahaan. Saat para karyawan gagal dalam menghadapi perbedaan dengan cara saling bertoleransi, biasanya akan memicu konflik yang menyinggung prinsip pribadi seseorang.


      5.      Kurangnya rasa persaudaraan
           Meskipun bekerja di bawah satu atap yang sama, seorang karyawan bisa sa tidak mempunyai teman-teman yang benar-benar tulus. Hal ini di sebabkan kurangnya rasa persaudaraan yang bisa memicu konflik di tempat kerja¸ misalnya adanya permusuhan antar karyawan.
           Banyak hal yang bisa di lakukan untuk menghadirkan rasa persaudaraan di tempat kerja misalnya mengobrol dengan ramah, mengajak orang lain mengobrol di luar topik pekerjaan ketika jam istirahat atau berinteraksi sepulang kerja untuk sekedar bersenang-senang sejenak.




Meski begitu, sesulit apapun konflik yang sedang dihadapi dapat diatasi. Berikut adalah beberapa cara mengatasi konflik dalam perusahaan:

   1.    Mengakui adanya konflik.
        Langkah awal dari rahasia mengatasi konflik dalam perusahaan yang harus dilakukan adalah mengakui bahwa didalam perusahaan telah terjadi suatu konflik. Dalam proses ini, tidak hanya atasan sebagai pemimpin perusahaan yang harus mengakui adanya konflik namun juga semua pihak yang terkait atau terlibat dalam konflik tersebut harus mengakui adanya konflik dalam perusahaan. Dengan adanya pengakuan bahwa suatu konflik dalam perusahaan sedang terjadi maka akan memudahkan proses pemecahan masalahnya.

   2.    Mengidentifikasi konflik.
        Hal kedua untuk mengatasi sebuah konflik dalam perusahaan adalah memulai mengidentifikasi masalah secara mendalam. Dalam proses identifikasi konflik, dibutuhkan pengelolaan emosi yang baik, dengan pengelolaan emosi yang baik maka konflik dalam perusahaan dapat diatasi dengan mudah. Apabila pengelolaan emosi tidak dilakukan dengan baik bisa jadi hal tersebut justru semakin memperkeruh konflik yang sedang terjadi dalam perusahaan.

   3.    Sharing pendapat atau saran
        Cara mengatasi konflik dalam perusahaan yang ketiga adalah dengan memperhatikan pendapat atau saran merupakan hasil pemikiran atau sudut pandang seseorang. Didalam proses tukar pendapat atau saran haruslah melibatkan semua pihak yang terlibat dalam konflik, maksudnya adalah agar pihak-pihak yang bersangkutan dapat saling mengungkapkan pendapatnya secara terbuka. Didalam proses sharing pendapat atau saran hendaknya masing-masing individu menghindari kepentingan pribadi agar ranah pembicaraan tidak keluar dari jalur yang ingin dituju, selain itu hindari pula pandangan salah benar dalam proses sharing pendapat.

   4.    Mencari solusi
        Selanjutnya dalam rahasia mengatasi konflik dalam perusahaan, setelah semua pendapat atau saran ditampung, bersama-sama dengan semua pihak yang terlibat  mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan konflik dengan cara musyawarah. Mencari solusi bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan karena mencari sebuah solusi diharapkan tidak menimbulkan kerugian bagi satu pihak atau justru menimbulkan perpecahan dalam perusahaan. Dalam menentukan solusi dibutuhkan pula solusi alternative bila solusi awal tidak berjalan dengan baik. Adanya rasa saling percaya antar pihak juga sangat diperlukan guna menumbuhkan kembali hubungan yang sehat antar pihak yang bersangkutan.

        Permasalahan atau konflik yang terjadi dalam perusahaan hendaknya dapat diatasi dengan baik. Tidak hanya pemimpin, namun semua anggotapun harus saling menempatkan diri dan mengambil peran dalam perusahaan. Hindari perasaan kecil hati dan merasa tidak berperan penting didalam perusahaan. Dengan selalu menjaga komunikasi yang baik serta terus berpikiran positif satu dengan yang lain maka kemungkinan terjadinya konflik dalam perusahaan dapat diminimalisir. Demikian blog saya kali ini mengenai konflik dalam perusahaan dan cara mengatasinya semoga bermanfaat.


Komentar